Bekali Anak Dan Arahkan Jurusan Dengan Tepat
Siswa-siswa SMA sederajat saat ini tengah disibukkan dengan agenda untuk masuk ke perguruan tinggi bagi yang berniat melanjutkan studinya. Beberapa hari yang lewat SBMPTN juga sudah dilakukan. Berbarengan dengan itu, calon mahasiswa yang diterima lewat jalur undangan juga sudah mulai melakukan registrasi di kampus seperti yang terlihat beberapa hari yang lalu. Diantara calon mahasiswa tersebut ada yang sudah mantap dan yakin dengan jurusan yang dipilih dan akan dijalani ke depannya selama masa studi.![]() |
Arahkan Jurusan anak sejak dini |
Namun banyak juga diantara mereka yang masih ragu dan bimbang. Banyak yang memilih jurusan yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. Banyak yang memilih karena ikut-ikutan tren di kalangan teman-temannya. Bahkan tak sedikit dari calon mahasiswa itu memilih jurusan karena keterpaksaan, dipaksa oleh orang tua, keluarga, lingkungan maupun karena faktor lain yang musti harus dimaklumi.
Dalam hal memilih jurusan ini seharusnya diserahkan sepenuhnya kepada anak. Jangan paksa anak untuk mengambil jurusan yang disukai atau diinginkan oleh orang tua misalnya. Karena yang akan menjalani semua itu adalah anak, bukan orang tua. Lalu bagaimana jika anak belum yakin dan ragu dengan jurusan yang akan dipilihnya? Banyak anak yang mengalami hal demikian. Karena pada masa ini anak masih belajar menentukan pilihannya yang tepat. Tak semua anak bisa memilih mana yang terbaik. Saya dulu juga demikian. Pada masa itu saya termasuk anak yang belum mampu memilih pilihan yang benar-benar terbaik. Pengalaman ini terjadi saat masa memilih jurusan di kelas XI waktu di SMA. Sebenarnya saya sangat tertarik dengan jurusan Ilmu Alam (IA).
Baca juga: Tips mengatasi anak yang susah makan
Ketika di kelas X, mata pelajaran prasyarat untuk masuk IA cukup baik terutama mata pelajaran biologi. Sampai-sampai guru biologi merekomendasikan dan sangat berharap sekali saya bisa masuk IA. Saya juga juara 1 saat itu. Tak aka nada yang menghalangi saya untuk masuk IA sebenarnya. Hanya ada satu halangan, yakni sebuah pertimbangan yang dilandasi oleh ketakutan dan kekhawatiran. Saya sudah berkonsultasi dengan kakak saya dan beliau sangat menginginkan saya masuk IA. Tentu ia tahu bagaimana kondisinya dan ia juga punya pengalaman karena lulusan sekolah favorit di kota saya. Orang tua juga merestui saya untuk masuk IA. Hanya saja orang tua saya termasuk jenis orang tua yang moderat dan sangat terbuka jadi mereka menyerahkan sepenuhnya kepada saya. Mereka tak memaksa dan tidak kecewa dengan pilihan-pilihan yang akan saya ambil nantinya.
Namun karena itulah saya menjadi ‘tersesat’. Saya malah tidak jadi memilih IA. Namun ikut memilih sebuah jurusan karena banyak teman-teman saya dari kelas yang sama di kelas X yang memilih jurusan tersebut. Akhirnya saya ikut-ikutan memilihnya. Padahal saya sebenarnya saat itu masih cukup plin-plan dan bingung mana yang terbaik. Kenapa tidak memilih IA? Yaaa, karena saya merasa kurang baik di beberapa mata pelajaran yang nantinya di-UN-kan. Saya takut nantinya gagal dan tentu hal itu sangat memalukan sekali. Padahal belum tentu nanti akan seperti itu kan.. Namun kekhawatiran dan ketakutan sudah menyerang saya sejak awal langkah. Akhirnya saya memilih jurusan itu. Saya coba-coba semoga saya bisa enjoy disana. Karena saya termasuk anak yang rajin belajar saat itu akhirnya karena usaha dan kesungguhan, di semester pertama setelah memilih jurusan itu, saya malah dapat juara 2.
Belajar dari pengalaman stersebut, selayaknya langkah terbaik yang harus dilakukan oleh para orang tua saat anak memilih jurusan adalah mengarahkan dengan tepat. Perhatikan kondisi anak seperti apa. Termasuk jenis anak seperti apa yang dimiliki oleh orang tua. Jika di usia yang masih dibilang labil itu anak sudah terbiasa dan pandai dalam menentukan jurusan yang terbaik didahului oleh pertimbangan yang matang pula maka orang tua bisa menyerahkan seutuhnya pada anak. Namun jika anak belum mampu dan sering plin-plan maka orang tua harus mengarahkannya. Perhatikan bakat dan potensi yang Selama ini dimiliki oleh anak. Utarakan peluang-peluang yang bisa membuat anak termotivasi lalu setelah itu biarkan tetap anak yang memilih. Sekali lagi jangan paksa anak dalam hal ini. Biarkan anak belajar memilih dan belajar mempertanggung jawabkan apa yang sudah ditentukannya. Bedakan antara mengarahkan dengan memaksakan! Yang juga perlu dilakukan antara anak dan orang tua adalah membangun komunikasi yang baik. Dengan adanya hubungan baik itu maka anak akan dengan mudah menentukan jurusan yang terbaik untuknya juga terbaik untuk orang tua dan keluarga yang tentunya pasti berharap banyak pada sang anak.
Memilih jurusan yang terbaik unruk anak itu memang sangat susah dan tidak gampang. Namun belajar memilih yang tepat mungkin akan jauh lebih baik.
Sumber: www.kompasiana.com/akbarisation/arahkan-anak-memilih-jurusan-yang-tepat